Read more
BAB III.
PENGERTIAN AL QUR`AN
“Inilah Al-Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan didalamnya, merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 2)BAB III. PENGERTIAN AL QUR`AN
A. Definisi Al-Qur’an
Pembahasan mengenai
pengertian Al-Qur’an akan ditinjau dari dua aspek, yakni pembahasan dari sudut
pandang bahasa & dari sudut pandang syara’.
Menurut
Bahasa
Qur’an pada mulanya seperti
qira’ah yaitu masdar dari qara’a, qira’atan, qur’anan.
Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun dan qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lain dalam
satu ucapan yang tersusun rapi. Allah SWT berfirman :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ(17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ
“Sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya.”
(Al-Qiyamah [75] :
17-18)
Qur’anah disini berarti
qira’atahu (bacaannya/cara membacanya). Kita dapat mengatakan
qara’tuhu, qur’an, qira’atan wa qur’anan artinya sama saja. Disini
maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama Qur’an yakni penamaan maf’ul
dengan masdar.
Menurut
Syara’
Secara syara’ Qur’an ialah
kalamullah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan secara mutawwatir & membacanya merupakan
ibadah.
Definisi ditas dianggap
telah cukup sempurna, karena defenisi harus merupakan deskripsi realitas yang
mempunyai ciri jami’ & mani’.[1] Berikut ini penjelasan
mengenai definisi diatas ditinjau dari ciri jami’ & mani’
:
1. Kata kalamullah,
berfungsi untuk mengkhususkan hanya kepada kalam Allah SWT.
2. Kata merupakan
mukjizat, berfungsi menjelaskan bahwa seluruh Al-Qur’an adalah
mukjizat.
3. Kata diturunkan,
berfungsi untuk mengecualikan kalamullah yang lain.
Contoh
kalamullah lainnya adalah :
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ
الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ
مَدَدًا
Katakanlah : "Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula) (QS. Al-Kahfi (18) :
109)
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ
يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana (QS.Luqman (31) :
27)
4. Kalimat kepada Nabi
Muhammad SAW, berfungsi untuk mengecualikan nabi-nabi & rasul yang
lain.
5. Kalimat diriwayatkan
secara mutawwatir, berfungsi untuk mengecualikan riwayat yang tidak
mutawwatir.
B. Nama-Nama Al-Qur’an
Allah SWT menamakan Qur’an
dengan beberapa nama. Imam As-Suyuthi[3] bahkan menyebutkan ada 46
buah nama. Muhammad Husain Abdullah[4] mengatakan bahwa sebagian
nama tersebut sebenarnya merupakan sifat-sifat Al-Qur’an bukanlah namanya.
Manna’ Khalil Al-Qattan[5] memaparkan nama & sifat
dari Al-Qur’an. Berikut nama-nama Qur’an menurut beliau :
1. Al-Qur’an, Allah SWT berfirman
:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
...
“Qur’an ini memberi
petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.” (Al-Isra’ [17] :
9)
2. Al-Kitab, Allah SWT berfirman
:
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Telah kami turunkan
kepadamu Al-Kitab yang didalamnya ...” (Al-Anbiya’ [21] :
10)
3. Al-Furqan, Allah SWT berfirman
:
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha Suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqan kepada ...” (Al-Furqan [25] :
1)
4. Az-Zikr, Allah SWT berfirman
:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang
telah menurunkan Az-Zikr, …” (Al-Hijr [15] :
9)
5. At-Tanzil, Allah SWT berfirman
:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dan Qur’an ini
Tanzil (diturunkan) dari Tuhan …” (Asy-Syua’ara [26] :
192)
Sebutan Al-Qur’an &
Al-Kitab adalah lebih popular. Dr. M. Abdullah Daraz berkata, “Ia
dinamakan Qur’an karena dibaca dengan lisan & dinamakan Al-Kitab karena ia
ditulis dengan pena. Kedua nama ini menujukkan makna yang sesuai dengan
kenyataannya.” [6]
C. Sifat-sifat Al-Qur’an
Allah SWT melukiskan
Al-Qur’an dengan beberapa sifat, diantaranya :
1. Nur (Cahaya), Allah SWT
berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“Wahai manusia telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan-Mu & telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang.” (An-Nisa’ [4] :
174)
2. Mauizah (Nasehat), Syifa
(Obat), Huda (Petunjuk), Rahmah, firman Allah SWT :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu nasehat dari Tuhanmu & obat bagi yang
ada didalam dada & petunjuk serta rahmat ...” (Yunus [10] :
57)
3. Mubin (Yang menerangkan), Allah
SWT berfirman :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
“Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah SWT & Kitab yang menerangkan.”
(Al-Maidah [5]
:15)
4. Mubarak (Yang diberkati), Allah SWT
berfirman :
وَهَذَا كِتَابٌ
أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ ...
“Dan Qur’an ini adalah yang
telah kami berkati, membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya….”
(Al-An’am [6] :
92)
5. Busyra (Khabar gembira), Allah SWT
berfirman :
... مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“…yang membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadikan petunjuk serta berita gembira
bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah [2] :
97)
6. ‘Aziz (Yang mulia), Allah SWT
berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ
“Mereka yang mengingkari
Az-Zikr ketika Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka pasti akan celaka).
Qur’an kitab yang mulia.” (Fussilat [41] :
41)
7. Majid (Yang dihormati), Allah SWT
berfirman :
بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌ
“Bahkan yang mereka dustakan
itu adalah Qur’an yang dihormati.” (Al-Buruj [85]
:21)
8. Basyir (Pembawa khabar gembira)
dan Nazir (Pembawa peringatan), Allah SWT berfirman
كِتَابٌ فُصِّلَتْ ءَايَاتُهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ(3) بَشِيرًا وَنَذِيرًا ...
“Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang
membawa khabar gembira & yang membawa peringatan...”
(Fussilat [41] :
3-4)
D. Keistimewaan Al-Qur’an
Banyak ulama yang telah
menulis tentang keistimewaan Al-Qur’an.[7] Ada yang berdasarkan hadits
shahih tapi ada pula berdasarkan hadits lemah bahkan palsu. Orang yang
menciptakan hadits palsu mengenai keistimewaan Al-Qur’an dengan tujuan untuk
membuat orang kembali mencintai Qur’an. Ini merupakan tindakan yang menunjukkan
kebodohan.
1. Keistimewaan bagi pembacanya
dan yang mendengarkannya, Allah SWT berfirman :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Apabila dibacakan Al-Qur’an
(kepadamu), maka dengarkanlah baik-baik & perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat.” (Al-A’raf [7] :
204)
“Siapa saja membaca satu
huruf dari Al-Qur’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan
dibalas 10 X lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf. Tapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu
Mas’ud, yang mengatakan hadits ini hasan & shahih)
Adapun
hadits yang membicarakan hal ini adalah :
“Dari Umamah ra, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya
ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang
membacanya.” (HR.
Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an! Sebab
dihari kiamat nanti akan datang sebagai penolong bagi pembacanya.”
(HR.
Turmudzi)
2. Keistimewaan bagi yang
mempelajari dan mengajarkannya
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang yang paling baik
diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an & mengajarkannya.”
(HR.
Bukhari)
3. Keistimewaan bagi yang
mengkhatamkan & penghafalnya
“Abu Hurairah berkata,
“Siapa yang membaca Al-Qur’an dalam setiap tahun dua kali (khatam) maka ia telah
menunaikan haknya, sebab Nabi SAW membacanya kepada JIbril pada tahun
kematiannya sebanyakdua kali.” (Diriwayatkan oleh Hasan
bin Ziad)
“Sesungguhnya orang yang
didalam dadanya tidak terdapat sedikitpun ayat Al-Qur’an, ibarat rumah yang
roboh.”
(HR. Turmidzi)
Dalam hadits dari Abu
Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengangkat pemimpin utusan dari
kalangan sahabatnya berdasarkan hafalan mereka.[8]
4. Keistimewaan surat yang
dikandungnya
“…
Bacalah Az-Zahrawain, yaitu Al-Baqarah & Ali Imran. Karena kedua-duanya akan
datang dihari kiamat seolah-olah menjadi dua tumpuk awan yang menaungi
pembacanya atau menjadi dua burung yang sedang terbang lalu datang hendak
membela pembacanya …(HR.
Muslim)
“Jantung Al-Qur’an adalah
surat Yasiin. Tidaklah surat itu dibaca oleh seseorang yang menghendaki
keridlaan Allah SWT & keselamatan pada hari akhirat, melainkan Allah SWT
akan mengampuni dosa-dosanya,” (HR. Abu
Dawud)
“Siapa saja yang membaca
Al-Waqi’ah tiap-tiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kepapaan.”
(HR.
Al-Baihaqi)
“Rasulullah menerangkan
bahwa sesungguhnya Qulhuwallahu ahad itu menyamai 1/3 dari Al-Qur’an.”
(HR.
Muslim)
“Berkata Abu Hurairah,
“Rasulullah SAW bersabda, “Dalam Al-Qur’an terdapat surat berisi tiga puluh ayat
yang dapat memberikan syafa’t kepada yang membacanya sehingga ia akan diampuni,
yaitu Tabarakalladzi biyadihil Mulku.” (HR. Abu
Dawud)
“Siapa saja membaca dua ayat
terakhir Al-Baqarah tiap-tiap malam, terpeliharalah dia dari bencana.”
(HR.
Ahmad)
E. Beda Al-Qur’an dengan Hadits Nabawi & Hadits
Qudsi
Secara ringkas perbedaan
antara Al-Qur’an dengan hadits Nabawi & hadits Qudsi dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
No
|
|
Al-Qur’an
|
Hadits
Nabawi
|
Hadits
Qudsi
|
1
|
Asal lafalnya
dari
|
Allah
SWT
|
Rasulullah SAW
|
Rasulullah SAW
|
2
|
Penyandarannya
kepada
|
Allah SWT
|
Rasulullah SAW
|
Allah
SWT/Rasul
|
3
|
Derajat
riwayat
|
Semua
mutawwatir
|
Tidak
semua mutawwatir
|
Tidak
semua mutawwatir
|
4
|
Kemungkinan
ditiru
|
Tidak
dapat
|
Dapat
|
Dapat
|
5
|
Membacanya
|
Ibadah
(pahala tiap huruf)
|
Tidak
pahala secara khusus
|
Tidak
pahala secara khusus
|
6
|
Membacanya dalam
shalat
|
Boleh
|
Tidak
boleh
|
Tidak
boleh
|
7
|
Menyentuh bagi yang
junub
|
Tidak
boleh
|
Boleh
|
Boleh
|
8
|
Contohnya
|
…………
|
…………
|
…………
|
Contoh Hadits Qudsi
:
1. Contoh yang disandarkan
kepada Rasul SAW adalah :
“Dari Abu Hurairah ra dari
Rasulullah SAW mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhannya AWJ, “Tangan Allah
itu penuh, tidak dikurangi oleh nafkah, baik diwaktu malam ataupun siang hari….”
(HR.
Bukhari)
2. Contoh yang disandarkan
kepada Allah SWT adalah :
“Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah SAW berkata : Allah SWT berfirman, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku
terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku. Bila dia menyebut-Ku didalam
dirinya, maka Akupun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila dia menyebut-Ku di
kalangan orang banyak, maka Aku-pun menyebutnya dikalangan orang banyak yang
lebih baik dari itu ….” (HR. Bukhari dan
Muslim)
F. Al-Qur’an Mukzizat Terbesar Rasulullah SAW
Kemukjizatan
(i’jaz) adalah menetapkan
kelemahan. Apabila ijaz telah terbukti, maka
tampaklah kemampuan mu’jiz. Yang dimaksud dengan
i’jaz dalam pembicaraan ini ialah
menampakkan kebenaran Nabi SAW dengan menampakkan kelemahan orang Arab &
generasi berikutnya untuk menghadapi Al-Qur’an. Dan mukjizat adalah sesuatu hal
luar biasa yang disertai tantangan & selamat dari perlawanan.
Lalu dimana letak dari
kemukjizatan dari Al-Qur’an ? Manna Al-Qattan mengemukakan beberapa
pendapat[9]
:
1. Abu Ishaq An-Nizam &
pengikutnya dari kaum Syi’ah seperti Al-Murtada berpendapat, kemukjizatan
Al-Qur’an adalah dengan cara sirfah (pemalingan). Menurut Nizam
sirfah adalah bahwa Allah SWT
memalingkan orang Arab untuk menantang Al-Qur’an padahal sebenarnya mereka mampu
menghadapinya. Sedang menurut Al-Murtada sirfah adalah bahwa Allah SWT
telah mencabut dari mereka ilmu yang diperlukan untuk menghadapi Al-Qur’an agar
mereka tidak mampu membuat semisal Al-Qu’an.
2. Kemukjizatan Al-Qur’an
terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal ghaib yang akan datang maupun
yang jauh telah berlalu.
3. Kemukjizatan Al-Qur’an
karena mengandung bermacam ilmu & hikmah yang sangat dalam.
4. Kemukjizatan Al-Qur’an
karena mengandung badi’ yang sangat unik &
khas.
5. Kemukjizatan Al-Qur’an
terletak pada balagahnya yang mencapai tingkat
tertinggi & tidak ada bandingnya.
Pendapat pertama dibatalkan
oleh Qadi Abu Bakar Al-Baqalani dengan berkata, “Salah satu hal yang
membatalkan pendapat sirfah ialah kalaulah menandingi Qur’an itu mungkin tetapi
mereka dihalangi oleh sirfah, maka kalam Allah itu tidak mukjizat, melainkan
sirfah itulah yang mukjizat. Dengan demikian, kalam tersebut tidak mempunyai
kelebihan apapun atas kalam yang lain.” [10]
Imam Suyuthi mengatakan bahwa Allah SWT
telah menantang manusia & jin dalam QS. Al-Isra’ [17] : 88. Seandainya
mereka telah dibuat tidak berdaya sedemikian rupa, maka tidak ada gunanya
tantangan Allah SWT itu. Sebab sama saja dengan berhimpunnya orang-orang yang
sudah mati.[11]
Pendapat kedua, menurut
Zarkasyi tidak dapat diterima, sebab ia menuntut ayat-ayat yang tidak
mengandung berita tentang hal-hal ghaib yang akan datang & yang telah lalu,
tidak mengandung mukjizat. Dan ini adalah bathil, sebab Allah SWT telah
menjanjikan setiap surah sebagai mukjizat tersendiri.[12]
Imam Taqiyuddin
An-Nabhani
mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an itu terletak pada Al-Qur’an itu sendiri,
yaitu pada lafadz-lafadz yang mengandung makna. Jadi segi-segi kemukjizatan
Al-Qur’an tiada lain terdapat pada uslubnya. Yaitu cara pengungkapan makna-makna
dengan ungkapan-ungkapan bahasa.[13]
Hal ini senada dengan Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani[14]
yang berkata, “Segi kemukjizatannya
terletak pada susunan kalimat & kepadatan maknanya.”
Begitu pula pendapat
Manna Al-Qattan[15],
“Pada
hakikatnya, Qur’an itu mukjizat dengan segala makna yang dibawakannya &
dikandung oleh lafadz-lafadznya.” Selanjutnya ia
menjelaskan tiga macam aspek kemukjizatan dari Al-Qur’an :
1. Kemukjizatan bahasa,
misalnya dalam keteraturan bunyi yang indah, lafadz-lafadz yang memenuhi hak
setiap makna pada tempatnya, adanya khitab yang dapat dipahami setiap orang
walau berbeda tingkat intelektualnya serta kalimatnya dapat memuaskan akal &
menyenangkan perasaan
2. Kemukjizatan ilmiah, hal ini
terletak pada dorongannya kepada umat untuk berfikir disamping membukakan bagi
mereka pintu-pintu pengetahuan & mengajak mereka memasukinya.
3. Kemukjizatan tasyri’.
Al-Qur’an merupakan Dustur
Tasyri
paripurna yang menegakkan kehidupan manusia diatas dasar konsep yang paling
utama. Al-Qur’an mengandung berbagai hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya & sesamanya.
Ulama
berbeda pendapat mengenai kadar kemukjizatan dari Al-Qur’an. Berikut ini
beberapa pendapat yang beredar :
1. Kemukjizatan Al-Qur’an
dengan keseluruhannya bukan sebagiannya.
2. Sebagian kecil atau sebagian
besar dari Al-Qur’an juga merupakan mukjizat.
3. Kemukjizatan itu cukup hanya
dengan satu surah lengkap.
Manna
Al-Qattan
mengatakan bahwa mengenai segi atau kadar kemukjizatan, kita cukup mengatakan
bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah. Ini saja sudah cukup. Jika
seorang penyelidik yang objektif & mencari kebenaran memperhatikan Al-Qur’an
dari aspek manapun yang ia sukai. Maka tentu kemukjizatan itu ia dapatkan dengan
terang & jelas.[16]
Kesimpulannya adalah
Al-Qur’an itu memang benar-benar merupakan mukjizat yang besar yang dimiliki
oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu beliau SAW bersabda :
“Setiap Nabi pasti diberi
sesuatu yang serupa, yang dengan itu, manusia akan meyakininya. Tetapi yang
diberikan kepadaku adalah wahyu yang telah diturunkan Allah kepadaku, maka aku
berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya.” (HR.
Bukhari)
˜™
[1] Jami’ berarti mencangkup semua aspek realitas
yang dideskripsikan dan mani’ berarti mencegah semua aspek yang tidak
masuk dalam deskripsi tersebut. Sehingga suatu definisi itu menjadi jelas &
punya ciri khas.
[2]Hadits Qudsi ialah setiap hadits yang mengandung
penyandaran Rasulullah SAW kepada Allah SWT. Lihat Usulut Hadist hal
9.
[3] Apa Itu Al-Qur’an hal 15.
[6] Studi Ilmu-ilmu Qur’an hal 19.
[7] Lihat Taqarrub Kepada Allah hal
17-22.
[8]Lihat Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir I pada
pembahasan awal surah Al-Baqarah.
0 Reviews